Ngentot cowok kembar yang gay
Namaku Abby, seorang murid di salah satu SMA di ibukota, aku gay dan kali ini ingin mencoba menulis sebuah cerita, sebelumnya kalian perlu tahu cerita yang aku tulis ini adalah fiksi, namun karakter di dalamnya berdasarkan orang-orang yang ada di sekitarku, please enjoy. Saat itu hari Kamis, pelajaran pertama di sekolah adalah Penjaskes, aku sangat menantikan pelajaran ini, karena setiap habis olahraga, aku selalu mendapat kesempatan melihat tubuh padat berisi dan berkeringat milik teman-temanku, ada beberapa yang menarik perhatianku. Yang pertama ada Aldo, seorang aktivis pramuka di sekolahku, aku paling suka melihat dia memakai seragam pramuka, terlihat gagah. Ada pula Tommy, anak taekwondo yang tegap dan selalu tampil menawan. Dan yang terakhir, dan juga satu dari dua tokoh sentral cerita ini, Dino, sahabatku dari kecil, dia mempunyai kakak kembar bernama Doni yang aktif di ekskul pramuka, sedangkan Dino mengikuti ekskul basket, tubuh mereka tinggi & gagah, mereka sangat gemar berolahraga, tidak hanya itu mereka juga cerdas dalam bidang akademik, tidak heran kalau mereka jadi incaran cewek-cewek di sekolah, namun sayangnya (atau untungnya) mereka hanya tertarik pada laki- laki. Aku sudah mengetahuinya sejak saat kami kelas 7 SMP. – Flashback- Awal Semester genap tahun 2006, Waktu itu sepulang sekolah aku datang ke rumah mereka, setelah ijin masuk pada tante Mira(ibu Doni & Dino) aku segera bergegas ke kamar mereka di lantai atas. Aku sangat tersentak saat membuka pintu kamarnya, karena kulihat mereka berdua bergulat dengan masih memakai seragam sekolah mereka, namun resleting celana dan kancing baju atas mereka sudah terbuka. Aku terangsang melihat mereka, lalu aku masuk dan menonton pergulatan mereka, mereka menyadari kedatanganku tapi mereka sama sekali tidak menghentikan aktivitas yang mereka lakukan. Adegan pergulatan itu berlangsung selama kira- kira 10 menit, lalu mereka mengakhiri pergulatan dan melepas celana pendek masing- masing, mereka saling mengisap kejantanan satu sama lain, keberadaanku sama sekali tak dianggap saat itu, sedangkan kontolku yang masih terbalut celana seragam ini sudah mulai menegang, mungkin juga sudah mengeluarkan precum. Beberapa saat kemudian, kedua manusia kembar di hadapanku itu saling mengerang. “ini bagian terbaiknya” ucapku dalam hati.Tidak lama, mereka berdua orgasme secara bersamaan, aku dapat mengetahuinya dengan melihat ekspresi mereka, wajah yang memerah dengan keringat yang bercucuran.Salah satu dari mereka, Doni, bangkit dan mengubah posisinya, sekilas dia melihatku dan tersenyum mesum, kini keduanya berpelukan dan berciuman. filmbokepjepang.sex Seragam sekolah mereka basah oleh keringat, membuat tubuh mereka yang gempal tampak menggiurkan, memang pada saat itu tubuh mereka masih sedikit gemuk dan belum terbentuk karena mereka baru rutin membentuknya pada saat tahun pertama di SMA.Setelah bercumbu selama beberapa menit, mereka melepas seragam mereka yang basah dan menggantinya dengan t-shirt dan boxer, disaat inilah aku dapat melihat batang kontol mereka tanpa penghalang dan secara reflek aku menggumam “Wow..” bagaimana tidak, kedua batang itu besar dan panjang untuk ukuran anak kelas 7, ujung kontolnya tampak merah mengkilap karena baru saja digunakan dalam pertempuran, pandanganku terpaku pada kedua kontol itu untuk beberapa saat, hingga Dino menyadarkanku. “woy By, elu terpesona amat kayaknya” “baru liat kali ini ya By?” Doni menambahi. “eh, iya hehe, jadi kalian gay?” tanyaku dengan terbata. “yah, begitulah. Lo sekarang ngerti aslinya gue sama adek gue kan..” Doni menjawab. artiklebokep.com Lalu tiba2 Dino memotong “eh kak, lo liat deh tuh celananya si Abby. Lo terangsang juga by? Hahaha” “wah, dugaan kita selama ini bener ternyata” tambah Doni. “hah, maksud lo apaan Don?” aku kaget mendengar kata2 Doni. “yah, ni anak belaga bego, kita udah tau semua foto- video Zeb Atlas sama Vince Ferelli di hape lo” kata Dino. “….” aku hanya terdiam mendengar Dino menyebutkan nama-nama aktor itu. “ga usah takut gitu lah, kita berdua jadi kaya gini juga gara-gara liat koleksi lo By, 2 minggu yg lalu si Doni ngeliatin ke gue koleksi lo, trus kita nyoba deh di rumah, ternyata seru. Jadi kita mau ucapin terimakasih ke elo By” “tapi itu folder kan kekunci semua di hape gue, gimana bisa…” “ah itu mah masalah kecil By kalo buat gue” kata Doni sambil nyengir. Aku sadar bahwa Doni lumayan ahli dalam hal hacking, buktinya file2 porno yg protected di hapeku dapat dengan mudahnya dibuka. Dino beranjak dari peraduannya dan menuju kamar mandi, pada saat itu aku sempatkan sedikit ngobrol dengan Doni… “kalo lo udah tau gue gay, kenapa ga ngajak kalo ada acara begini, pasti udah beberapa kali kan?” tanyaku dengan nada bercanda. “hah? oh sori By, tapi….. gue sama Dino udah sepakat ga bakal ngefuck ato difuck ama orang lain selain kita berdua” jawab Doni dengan nada datar. “oh gitu, oke gue paham kok” balasku, memang sedikit kecewa, tapi aku menghargai prinsip mereka berdua, itu artinya mereka benar-benar ‘bermain aman’ dengan tidak berhubungan badan dengan orang luar dan tentunya mencegah penularan penyakit kelamin.- Usai pelajaran olahraga, di kamar mandi sekolah. Tepukan tangan Dino di pundakku membuyarkan lamunanku akan memori 5 tahun yang lalu itu.”Napa lo ngelamun? kesambet tau rasa…” “Eh, elo Din, gue tiba- tiba keinget waktu gue pertama kali nonton Live Show lo sama kakak lo” kataku sedikit berbisik. “hmmm, itu kan udah lama, waktu kita kelas 1 SMP kan yak?-” Dino sedikit melirik selangkanganku sebelum melanjutkan kalimatnya, “-yaelah, inget gitu aja ngaceng By” katanya sambil tertawa kecil. Saat itu suasana kamar mandi sudah sangat sepi, hanya ada aku dan Dino, dua makhluk pencinta sesama jenis. Setelah selesai ganti seragam, aku memutuskan untuk menunggu Dino sambil sesekali mengelus-elus tonjolan di celanaku yang tegang karena mengingat hal itu. Dino yang melihat aksiku langsung menarik tanganku dan memasukkanku ke dalam salah satu bilik kamar mandi, sebelumnya dia telah mengunci pintu masuk kamar mandi. “Daripada maen sendiri–” kata Dino sambil melepas seragam olahraganya, “– mendingan bareng-bareng.” lanjutnya seraya melepas celana, dan voila, dia tidak memakai celana dalam! kini di depanku terlihat sebuah tubuh yang amat menggiurkan, otot- ototnya menggelembung dan aku suka itu. “Lo gak pake CD Din? Berani amat lo, kalo ketauan temen gimana?” tanyaku heran. “Ga masalah dong, emang kenapa? Malu gitu? Punya kontol gede gini ngapain malu?” “Boleh gue isep?” “Emang tujuan gue ngajak lo kesini buat apa By?” jawabnya sambil mencium bibirku. Aku tidak mau kalah, aku balas ciumannya sambil tanganku menggerayangi putting susunya, kupilin dan kutarik hingga dia mengeluarkan erangan- erangan kenikmatan. Dia mengakhiri ciuman dan segera melucuti seragam bagian atasku, “badan lo bagus juga kok By, ga beda jauh dari kita (Dino & Doni).” katanya sambil mengelus perutku, lalu tangannya naik ke dadaku, menemukan putting susuku dan menjilatinya, aku serasa disetrum saking nikmatnya, puting susu memang area paling sensitif setelah kontol, sedikit rangsangan akan membuat pemiliknya bergairah, bahkan ada orang yang langsung memuncratkan sperma saat dirangsang putingnya. Dengan kenikmatan seperti itu, aku tidak bisa menahan untuk tidak mengerang, kukerahkan seluruh eranganku sambil memanggil-manggil nama Dino disertai berbagai kalimat erotis. “Dinooo… ahhh, enak banget Din…. lo jago Din…. ahhhh, emutin kontol gue Din… ahhh.” Dino segera berlutut dihadapanku, dengan semangat menjilat seluruh batang kontolku, saat lidahnya menyapu bagian kepala penisku, aku menggelinjang dengan kuat dan aku tidak tahan lagi untuk segera menikmati hisapannya.. “buruan Din…. ahhh.. isep kontol guehh….” Dino segera mengikuti keinginanku, seluruh batangku dilumatnya, sesekali dibiarkan terdiam di dalam mulutnya, dan gantian aku yang menyodok-nyodok mulutnya, tak lama kemudian tibalah saat aku ngecrot, “Din…. ohhh…. gue mau ke… keluar… ahhh….” kupancarkan spermaku ke dalam mulut Dino dan dia meminum semuanya, kontolku kukeluarkan dari mulutnya, masih ada sedikit ketegangan pada kontolku. filmbokepjepang.sex “lo belom ngecrot Din… hosh… hosh… gue kocokin yah?” kataku dengan terengah-engah. “boleh By, dengan senang hati” balasnya sambil tersenyum mesum. Saat kugenggam kontolnya, aku baru sadar kalau kontolnya sedikit lebih besar daripada punyaku, urat-uratnya terasa lebih keras, satu kesan yang muncul : PERKASA! Aku mengurut kontolku untuk mengeluarkan sisa spermaku dan menggunakannya sebagai pelumas untuk mengocok kontol Dino. Kulumuri kontolnya, lalu kukocok dengan penuh semangat, kulihat lubang kencingnya membuka dan menutup seirama dengan gerakan kocokanku, kepala kontol Dino seakan mengundangku untuk melumatnya, maka tanpa pikir panjang aku langsung melahap kontol itu, kurasakan urat-uratnya menyentuh lidah dan dinding atas mulutku, cukup lama aku mengoral kontolnya, setelah 10 menit terlewat aku merasa mulutku mulai pegal, namun terus aku oral hingga beberapa saat kemudian diapun memuncratkan cairan kejantanannya, untuk pertama kalinya aku menelan sperma orang lain, rasanya sedikit berbeda dari milikku sendiri, sperma milik Dino terasa lebih gurih. Kami segera membersihkan diri dari sesuatu yang mungkin dapat menimbulkan kecurigaan, kulihat jam tanganku, ternyata kami telah bermain selama 35 menit, jelas tidak memungkinkan bagi kami untuk masuk kelas di tengah jam pelajaran yang sedang berjalan, maka aku dan Dino sepakat untuk masuk kelas 10 menit kemudian. 10 menit berlalu, dan bel pergantian jam pun berbunyi, Dino membuka pintu kamar mandi dan… “Eh… kak, kak Doni” kata Dino terbata- bata. “Abis ngapain aja lo sama Abby?” tanya Doni dengan nada rendah, sepertinya dia sedikit marah. “Don, jangan salahin Dino, dia ga sepenuhnya salah” aku mencoba meyakinkan Doni, jika nantinya ini menjadi masalah, otomatis aku juga harus terlibat. “Lo masuk kelas aja By, gue ga ada urusan sama lo” Doni memintaku untuk pergi, walaupun dia mencoba mengubah intonasinya, namun tetap saja terdengar nada kemarahan di kata- katanya. “Bener By, mending lo ke kelas duluan aja” kata Dino meyakinkan aku. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar, kututup pintu kamar mandi dan aku mencoba mengintip dari lubang kunci di pintu kamar mandi itu mencoba mencari tahu apa yang dibicarakan Doni kepada adiknya. “Lo gak inget komitmen kita dulu? Lo udah kelewatan, kita ga ngerti orang lain punya penyakit apa di dalemnya” kata Doni. “Tapi Abby itu gue yakin ga punya penyakit, kita tau sendiri dia orangnya kaya gimana-” bantah Dino, “-dan soal komitmen, gue rasa kalo lo di pihak gue juga ga bakal nolak.” “Eh udah mulai kurang ajar ya? Gue ini kakak lo” “Emang kalo kakak jadi bisa ngatur hidup adiknya, hah? Gue juga punya hidup sendiri, dan- “ BUKKKK! Terdengar suara pukulan, dan kulihat Dino mundur beberapa langkah dari tempatnya berdiri, sepertinya Dino cukup menghormati kakaknya itu, terbukti dia tidak membalas pukulan Doni. Aku tidak pernah membayangkan hal seburuk ini, selama ini mereka penuh dengan keceriaan, yah walaupun keceriaan cenderung muncul dari Dino, sedangkan Doni lebih pendiam. Namun sekarang semua itu seakan sirna. “Pulang sekolah temuin gue disini, gausah ajak Abby, dia gak ada sangkut pautnya” ujar Doni sambil berlalu dan membuka pintu. Aku terkejut dan segera berjalan menjauhi kamar mandi itu, belum sempat menjauh, aku sudah tertabrak oleh Doni yang berjalan dengan tergesa. “Lo gausah ikut campur!” gertak Doni padaku sambil berlalu ke kelasnya. Aku menatap matanya dan sangat kaget melihat aura kemarahan Doni saat itu. Kuhampiri Dino di kamar mandi, dia masih membersihkan bibirnya yang berdarah. “Lo gak apa-apa Din?” tanyaku. “Gapapa, udah kita harus cepet-cepet ke kelas, keburu gurunya dateng, ini kan jam Matematika.” katanya sambil meringis menahan perih. Lalu kami kembali ke kelas, syukurlah guru Matematika belum datang. “Lo kenapa Din? itu mulut kenapa berdarah?” tanya Mirza, teman sekelasku. “Tadi abis kepleset di kamar mandi, muka gue kena kran” jawab Dino berbohong. “Udah ke UKS?” “Ini juga gue telat masuk gara-gara ke UKS duluan tadi, ditemenin Abby.” Pelajaran demi pelajaran tidak terasa berlalu, bel sekolah pun berbunyi, satu persatu murid meninggalkan sekolah, hingga akhirnya yang tersisa hanya aku dan Dino. “Lo gak pulang By?” tanya Dino kepadaku. “Gue kan mau nemenin lo ketemu Doni, gimanapun juga, gue terlibat di masalah ini” kataku sambil menepuk pundaknya. “Lo mending pulang aja deh By, Doni sendiri kan yang bilang kalo lo ga perlu ikut campur” “Gimana kalo lo ntar ditonjok lagi kayak tadi pagi? yang salah tuh bukan lo doang, gue juga. Minimal kalo ntar di kamar mandi kalian berantem kan gue bisa jadi penengah.” timpalku. “Terserah lo deh By.” Kami berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah, ruang demi ruang, semuanya kosong, perhatianku beralih pada sekumpulan anak-anak taekwondo yang sedang berlatih di lapangan, melakukan gerakan-gerakan yang aku sendiri tak tahu istilahnya sambil terpapar sinar matahari senja, keringat bercucuran di wajah dan leher mereka. Akhirnya kami sampai di kamar mandi, Dino membuka pintu kamar mandi, aku mengikuti di belakangnya, ternyata di dalam sana sudah ada Doni, berpakaian seragam olahraga, aku baru ingat kalau kelas Doni mendapat jadwal pelajaran olahraga di hari Kamis jam terakhir, sungguh kejam mereka yang memberi jadwal olahraga di bawah terik matahari. Untuk sesaat aku terkesima melihat tubuhnya yang terbalut seragam basah berkeringat itu, sebelum akhirnya aku kaget saat dibentak Doni. “Ngapain lo ikut campur, hah?” “Gue ga peduli lo marah ato apa Don, yang pasti kita bertiga udah sahabatan dari SD, lo harusnya tau dong, ini bukan masalah sepele, sebagai sahabat kalian, gue juga punya andil disini.” kataku. “Cih, gue ga peduli-” kata Doni dan dia mengalihkan pandangannya ke Dino “Pake baju olahraga lo, cepet!” Dino pun bergegas mengganti seragamnya dengan kaos olahraga, begitu pula dengan celananya. Aku sedikit heran, kenapa Doni menyuruh saudaranya mengganti baju hanya untuk sekedar berbicara. Kini keduanya berhadapan sama-sama mengenakan seragam olahraga, aku yang pada dasarnya fetish dengan seragam ini langsung terangsang melihat penampilan sepasang anak kembar itu, ditambah aroma tubuh mereka memenuhi kamar mandi yang tertutup ini. Keduanya saling mendekat, dan berciuman, hey, apa maksudnya ini? Kenapa tiba-tiba mereka berciuman disaat seperti ini? Bibir mereka saling berpagutan. putri77.net Tangan Dino masuk ke dalam baju olahraga Doni dan menjelajah dada kakaknya itu, sedangkan tangan Doni meremas-remas lengan adiknya yang berotot itu. Penis keduanya saling bergesekan walaupun masih dibalut celana olahraga yang tipis. Mereka benar-benar bersatu dalam aktivitas itu. Dan aku, walaupun heran dengan keadaan ini, tapi aku sangat menikmatinya, aku merogoh kontolku dan mengelus- elusnya. Sebenarnya pemandangan ini tidak jauh berbeda dari pemandangan 5 tahun yang lalu, bedanya adalah kalau dulu mereka masih gemuk, sekarang mereka telah tumbuh menjadi 2 remaja yang gagah perkasa. Aku mengambil ponselku dan mengambil gambar, kebetulan mereka tidak keberatan, setelah memotret beberapa kali, aku berpikir untuk merekam aktivitas mereka. Mulailah aku merekam adegan demi adegan. Kini mereka berdua sedikit memelorotkan celana dan mengeluarkan penis masing-masing, aku senang mereka tidak melepas celana. Doni meminta Dino untuk mengoralnya, Dino pun menurut, dia jongkok dan segera mengulum kontol kakaknya, aku baru sadar kalau kontol Doni sama persis dengan milik Dino, panjang, warna dan ketebalannya benar-benar sama, tidak terkecuali urat- uratnya yang menonjol, Dino terlihat amat menikmati kontol milik kakaknya. Setelah beberapa menit Doni mengeluarkan kontolnya dari mulut Dino, kupikir dia akan memuncratkan spermanya, ternyata bukan, dia ingin membobol pantat Dino. Dino memposisikan dirinya di depan wastafel, menggunakannya untuk bertopang, dari cermin wastafel itu dia melihat kakaknya sedang memelorotkan celana dan melumuri pantatnya dengan ludah. Merasa ludahnya tidak cukup melicinkan, Doni mulai melakukan rimming, dia menjilati lubang Dino dan setelah cukup licin dia mencoba memasukkan dua jarinya sekaligus dan masuk dengan mudah, kurasa Dino sudah beberapa kali menikmati sodokan kakaknya itu. “Gimana Din?” tanya Doni. “Udah cukup kak, ahh…” jawab Dino sambil mendesah. Mendengar ucapan itu, Doni langsung mengambil ancang-ancang untuk menghujamkan kontolnya, percobaan pertama Doni masih mengalami kesulitan, hanya sedikit bagian kepala kontolnya yang dapat masuk, lalu percobaan kedua, Doni menghujamkan kontolnya secara kasar dan tiba-tiba, membuat Dino berteriak karena kesakitan, keringat mengucur di keningnya, turun ke dagu dan jatuh ke permukaan kaos olahraganya, membuat kaos itu semakin basah kuyup, rasanya aku ingin melepas kaos mereka, memeras dan meminum peluh segar kedua anak kembar ini, namun aku sudah cukup senang dengan pemandangan seperti ini, jadi kuurungkan niatku tadi. Kontol Doni sudah berhasil menembus lubang pantat Dino, dan membiarkannya sesaat agar Dino dapat beradaptasi. “Udah enakan sayang?” tanya Doni pada Dino. “Udah kak, pompain aja.. ssshh” jawab Dino sambil mendesis. Mendengar jawaban Dino, Doni memulai genjotannya dengan perlahan, dia melakukannya dengan sangat gentle, tidak ingin adiknya merasa tersakiti oleh kontol supernya itu. Merasa tidak nyaman dengan permainan pelan itu, Dino protes ke kakaknya. “mana tenaganya kak? Banci ah!” kata Dino sambil memandang kakaknya lewat cermin wastafel. “Oke, jangan nyesel kalo lubangmu sobek ya” balas Doni sambil meraba dada adiknya, lalu merangkulnya dari belakang. Doni mulai mempercepat sodokannya, kini dia berubah dari berhati-hati menjadi tidak peduli akan perih yang diterima adiknya. Dalam pelukan kakaknya, Dino merintih- rintih menahan rasa sakit sambil mengocok kontolnya sendiri. Aku langsung berinisiatif untuk mengoralnya, aku letakkan ponselku pada salah satu wastafel agar tetap dapat merekam dengan baik, dan segera aku berjongkok di bawah Dino dan mengulum kontolnya, rasa gurih precum dan keringat langsung terasa di lidahku, urat- uratnya menggesek dinding mulutku, kombinasi yang sangat sempurna. Beberapa menit kemudian, aku merasa batang kontol Dino menggembung diikuti dengan erangan Dino yang makin keras. “Ahhh… gue udah mau keluar kaak.. ahh..” erang Dino. “Tahan dulu sayang, gue bentar lagi nih, uuhhh… keluarin bareng yaah..” balas Doni. “By, lepas seragam lo! Uhhh…” perintah Doni padaku, aku menurut, kulepas seragam atasku sambil tetap mengulum kontol Dino. Melihat aku telah melakukan yang telah diperintahkan, Doni langsung mengeluarkan kontolnya dari pantat Dino, dan Dino mengeluarkan kontolnya dari mulutku. Lalu mereka berdua berdiri di hadapanku sambil mengocok kontol mereka, aku paham aku akan mendapat cum shower, maka aku jongkok dan bersiap menerima semburan mani segar dari dua lelaki perkasa ini, tidak sampai 10 detik dan… Crooot Croot Crot…. Kontol Dino memancarkan mani tepat ke wajahku, lalu disusul oleh Doni yang muncrat tidak lama setelah itu Croot Crooot Croot… Pancarannya lebih kuat daripada Dino, beberapa malah mengenai tembok di belakangku, mungkin karena Dino sudah mengeluarkannya tadi pagi sedangkan Doni baru kali ini. Wajah, leher, dan rambutku penuh dengan sperma, nafasku terengah- engah begitu pula dengan Doni dan Dino. Aku mencolek sperma di wajahku dan menjilatinya sampai habis, sperma itu meninggalkan rasa lengket di wajahku. Aku berdiri dan mengambil facial scrub di tasku, kubersihkan wajah dari sisa-sisa sperma. Dari pantulan cermin kulihat Doni dan Dino mengganti pakaian mereka, aku jadi penasaran apakah mereka juga fetish dengan seragam? “Sori ya By, kita ngasih kadonya telat.” kata Dino sambil mengenakan dasi seragamnya. “Hah, kado apaan maksudnya?” tanyaku terheran. “Kado ulang tahun, lo kan kemaren Senin ulang tahun tuh.” jawab Dino sambil nyengir. “Oiya By, gue juga masih ada kado, hampir aja lupa.” kata Doni sambil merogoh sesuatu di tasnya “Nih.” “Loh, apa maksudnya Don? Kok ngasih gue kaos olahraga lo?” “Udahlah, lo suka kan? Gue tau kok kalo lo fetish ama seragam.” “Tapi ntar kalo lo ada pelajaran olahraga gimana?” “Gue kan bisa pinjem punya Dino, lagian sekolah juga 3 bulan lagi kelar.” “Oh, yaudah kalo gitu. Thanks Don, kayaknya ini kaos ga bakal gue cuci dah.” “Heh, jorok lu.” sergah Dino yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya. “Yee, kalo dicuci jadi wangi dong. Kalo bau keringetnya Doni gini kan jantan.” timpalku. “hehe, yaudahlah terserah mau lo apain, kan ini udah jadi punya lo.” kata Doni sambil tersenyum, senyumnya menawan, saat itu aku secara tidak sengaja mengamati wajahnya, lalu tubuhnya yang terbalut seragam lengkap dengan dasi, terlihat sesak di bagian dada. “Woy By, By, haloo…” Doni berusaha membuyarkan lamunanku sambil melambaikan tangannya ke wajahku. “Oh, eh Don…” kataku gelagapan. “Yah, elu ngelamun.. Gue balik dulu yah, Dino udah keluar tuh.” kata Doni seraya meninggalkanku. “Oh iya iya, lo duluan aja, thanks yah” balasku sambil memasukkan kaos olahraga kado dari Doni ke dalam tas, sengaja aku pisahkan jauh dari buku mengingat kaos itu basah kuyup. —- Keesokan harinya, di kantin sekolah bersama Doni dan Dino, aku menanyakan sesuatu yang menggangguku seharian kemarin. “Don Din, yang kemaren itu emang udah kalian rencanain ya?” tanyaku dan dibalas dengan anggukan oleh keduanya. “Trus yang bagian lo nonjok Dino, itu beneran?” tanyaku kepada Doni. “Hehehe ya nggaklah, kemaren gue cuma mukul tangan gue.” jawab Doni sambil memperagakan gerakannya. “Bibir gue berdarah-darah itu juga boongan, hahaha” timpal Dino. “Ahelah, gue pikir beneran, gila aja kalo beneran” gerutuku. “Emang akting kita bagus ya kemaren By? Hihihi” balas Dino. “Kaga, sompret lu berdua.” Dan mereka tertawa terbahak-bahak. Hubunganku dengan mereka tidak berubah sama sekali, tetap bersahabat bahkan semakin erat.